Dinasti Arab Saudi
صاحب الجلالة الملك عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
Abdul
Aziz As Saud (Riyadh, sekitar 1880–Taif, 9 November 1953) (bahasa Arab: عبدالعزيز آل سعود)
adalah Raja Arab Saudi yang
pertama. Dia juga dikenali dengan berbagai nama, di antaranya Ibnu
Saud.
Ia berasal dari Keluarga Kerajaan Saudi yang
memerintah sebagian dari Jazirah Arab.
Riwayat hidup
Ibnu Saudi dilahirkan di Riyadh dan
merupakan anak pasangan Abdul Rahman bin Faisal dan Sara binti Ahmad al-Kabir
Sudayri. Pada tahun 1890, semasa berusia sepuluh tahun, Ibnu Saud
mengikuti keluarganya dalam pengasingan di Kuwait setelah
dikalahkan oleh dinasti Rashidi, saat itu Nejd (semenanjung Arab Saudi saat
ini) bukan bagian dari Kesultanan Utsmani, melainkan daerah merdeka yang
dikuasai oleh beberapa kabilah suku. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di
Kuwait.
Pada tahun 1901, semasa berusia 22 tahun, Ibnu Saud
menggantikan ayahnya sebagai ketua keluarga dinasti Saud dengan gelar Sultan
Nejd. Ia kemudian memulai kampanye untuk merebut kembali tanah dari dinasti
Rashidi di tempat yang kini merupakan Arab Saudi. Pada
tahun 1902, dia bersama-sama dengan pasukan keluarga
dan saudaranya berhasil merebut Riyadh.
Merebut kembali kekuasaaan
Dua tahun setelah berhasil merebut Riyadh, Ibnu Saud berhasil menguasai separuh
dari Nejd. Meskipun begitu, pada tahun 1904, dinasti Rashidi meminta bantuan dari Kesultanan Utsmaniyah untuk
mengalahkan dinasti Saud (Keluarga Kerajaan Saudi).
Kerajaan Utsmaniyah mengirimkan pasukan ke Arabia (Tanah Arab) dan ini
menyebabkan kekalahan dinasti Saud pada 15 Juni 1904, namun setelah pasukan Utsmaniyah mundur
disebabkan masalah tertentu, pasukan dinasti Saud berhasil mengumpulkan kembali
kekuatannya.
Pada tahun 1912, Ibnu Saud berhasil menguasai Nejd dengan
bantuan para mujahid dibawah pimpinan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Pada tahun 1922 dinasti
Saud berhasil mengalahkan dinasti Rashidi dan ini mengakhiri penguasaan dinasti
Rashidi di Tanah Arab.
Pada tahun 1932, setelah menguasai sebagian besar Jazirah Arab dari
musuh-musuhnya, Ibnu Saud menamakan tanah gabungan Hijaz dan Nejd sebagai Arab
Saudi.
Minyak dan pemerintahan Ibnu Saud
Setelah minyak bumi ditemukan
di Arab Saudi pada tahun 1938, Ibnu Saud memberikan izin bagi
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan eksplorasi
minyak di wilayah Arab Saudi. Segala keuntungan hasil penjualan minyak dibagi
untuk Amerika Serikat dan sekutunya dan keluarga Saud. Keuntungan hasil
penjualan minyak yang semakin bertambah menyebabkan Ibnu Saud mulai
membelanjakan uang itu untuk membangun Kerajaan Arab Saudi dan menyejahterakan
segenap rakyatnya. Amerika Serikat dan Inggris menjadi sahabat dekat Arab Saudi
hingga sekarang.
Ia memberi aturan kepada suku-suku nomadik
agar mulai saat itu mereka tinggal secara tetap di suatu tempat. Ia juga
memulai usaha untuk memberantas tindakan kriminal terutamanya tindakan kriminal
terhadap terhadap para peziarah di Makkah dan Madinah.
Perang asing
Keluarga dan penerus
Jumlah anak Ibnu Saud tidak diketahui
tetapi diperkirakan berjumlah 50 hingga 200 orang. Mereka terdiri dari: (nama
yang menjadi Raja dihitamkan)
1. Dengan Wadhba binti Muhammad al-Hazzam
2. Turki
(1917-1919)
2. Dengan Tarfah
binti Abdullah al-Shaykh Abdul-Wahab
1. Khalid
(lahir 1903, meninggal dunia semasa masih bayi)
3. Dengan Jauhara
binti Musa'd Al Saud
1. Muhammad
(1910-1988)
3. Jauhara
4. Anud
(lahir 1917)
4. Dengan Bazza
1. Nasser
(lahir 1919)
2. Bandar
(lahir 1923)
3. Fawwaz
(lahir 1934)
5. Dengan Jauhara
binti Sa'ad al-Sudairy
1. Saad
(1920 - 1990-an)
2. Musaid
(lahir 1923)
3. Abdalmohsen
(1925-1985)
6. Dengan Hussah
binti Ahmad al-Sudairy
1. Sa'ad
(lahir 1914, wafat 1919)
4. Abdul-Rahman
(lahir 1931)
5. Turki
(lahir 1932)
6. Nayef
(lahir 1934)
7. Salman
(lahir 1936)
8. Ahmed
(lahir 1940)
7. Dengan Shahida
2. Mishal
(lahir 1926)
3. Qumasha
(lahir 1927)
4. Muteb
(lahir 1931)
8. Dengan Fahda
binti Asi al-Shuraim
2. Nuf
3. Sita
1. Nura
(mati 1930)
2. Badr
(lahir 1933)
3. Hassa
4. Abdalillah
(lahir 1935)
5. Abdalmajid
(lahir 1940)
6. Mashael
10. Dengan Munaiyir
1. Talal
(lahir 1931)
2. Badr
(1931-1932)
4. Nawwaf
(lahir 1933)
11. Dengan Mudhi
12. Dengan Nouf
binti al-Shalan
2. Mamduh
(lahir 1940)
3. Mashhur
(lahir 1942)
13. Dengan Saida
al-Yamaniyah
1. Hidhlul
(lahir 1941)
14. Dengan Baraka
al-Yamaniyah
15. Dengan Futayma
1. Hamud
(lahir 1947)
16. Dengan ??
(tidak diketahui)
1. Fahd
(1905-1919)
2. Sara
(sekitar 1916 - Juni 2000)
3. Shaikha
(lahir 1922)
4. Talal
(1930-1931)
5. Abdalsalam
(1941)
6. Jiluwi
(1942-1944)
صاحب الجلالة الملك سعود بن عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
صاحب الجلالة الملك سعود بن عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
Saud dari Arab Saudi الملك سعود | |
---|---|
Saud in 1957 | |
Memerintah | lahir 12 Januari 1902 – meninggal 23 Februari 1969pada umur 67 tahun |
Pendahulu | Abdulaziz |
Pengganti | Faisal |
Nama lengkap | |
King Saud bin Abdul-Aziz bin Abdul-Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud | |
Wangsa | Rumah Saud |
Ayah | Abdulaziz |
Ibu | Wadha binti Muhammed Al Urai'ir |
Lahir | 12 Januari 1902 Kuwait, Al Rashid |
Meninggal | 23 Februari 1969 (aged 67) Atena, Yunani |
Agama | Islam Sunni |
Saud ibn ’Abd al ’Aziz Al Su’ud (lahir 12 Januari 1902 – meninggal 23 Februari 1969 pada
umur 67 tahun) ialah Raja Arab Saudidari tahun 1953 sampai 2 November 1964.
Ia adalah anak sulung Raja Ibnu Saud.Ia kemudian dilantik menjadi putera mahkota pada 11 Mei 1933 dan
ditabalkan menjadi raja setelah mangkatnya ayahnya pada tahun 1953.
Semasa pemerintahannya banyak kantor pemerintahan didirikan di samping
pendirian Universitas Raja
Su'ud di Riyadh.
Sepanjang pemerintahannya banyak
ketidakpuasan disuarakan oleh anggota keluarganya sendiri. Seperti ayahandanya,
ia mempunyai banyak anak lebih kurang 30 orang. Raja Saud memberi anak-anaknya
kekuasaan yang tinggi di samping melantik mereka ke posisi-posisi yang penting
di dalam kerajaan. Hal ini menyebabkan adik-adiknya terutama adik-adik tirinya
merasa tidak puas. Mereka melihat anak-anak Raja Su'ud tidak mempunyai cukup
pengalaman dalam memerintah negara di samping khawatir Raja Su'ud mungkin
melantik anaknya untuk menggantikannya setelah ini. Raja Su'ud gemar
membelanjakan uang negara demi kepentingan pribadi dan keluarganya. Ia juga
membuat kekisruhan politik yang antaranya dikaitkan dengan percobaan pembunuhanGamal Abdel Nasser,
Presiden Mesir ketika
itu. Dia juga diketahui dengan sikapnya yang suka minum arak yang
nyata-nyata merupakan perkara yang dilarang dalam Islam.
Sebuahttps://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7670283814525780779#editor/target=post;postID=3242425433539596125;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=linkh perebutan kekuasaan oleh keluarganya
sendiri terjadi pada tahun 1964 dengan
disokong oleh golongan ulama.
WalaupunMuhammad bin Abdul Aziz Al Su'ud merupakan
pewaris tahta yang paling layak namun dia enggan menerimanya dan sebaliknya
menyokong pengangkatan adik tirinya yaitu Faishal bin Abdul Aziz Al Su'ud sebagai
raja. Raja Su'ud kemudian ke Jenewa, Swisssetelah
diusir keluar dari Arab Saudi. Pada tahun 1966,
Raja Su'ud telah dijemput oleh Presiden Gamal Abdel Nasser untuk
tinggal diMesir. Ia meninggal dunia di Athena, Yunani pada
tahun 1969.
Faisal dari Arab Saudi فيصلبنعبدالعزيزآلسعود | |
---|---|
Memerintah | 2 November 1964 – 25 Maret 1975 |
Pendahulu | Saud |
Pengganti | Khalid |
Pasangan | Sultana bint Ahmed Al Sudairi Al Jawhara bint Saud Al Kabir Haya bint Turki Al Turki Iffat Al-Thunayan |
Anak | |
Pangeran Abdullah Pangeran Mohammed Putri Sara Putri Lolowah Pangeran Khalid Pangeran Saud Pangeran Sa'ad Pangeran Abdul-Rahman Pangeran Bandar Putri Latifa Putri Munira Putri al-Jauhara Putri al-Anud Putri Misha'il Putri Fahda Putri Nura Pangeran Turki Putri Haifa | |
Wangsa | Wangsa Saud |
Ayah | Raja Abdulaziz |
Ibu | Tarfa binti Abduallah bin Abdulateef al Sheekh |
Lahir | April 1906 Riyadh, Al Rashid |
Meninggal | 25 Maret 1975 (umur 69) Arab Saudi |
Agama | Islam |
Faisal bin 'Abdul
'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud (bahasa Arab: فيصل بن عبدالعزيز آل سعود), dikenal dengan
sebutan Malik Faisal (Raja Faisal), dan selaku penasehat pada masa jabatannya
adalah Mufti pertama Arab Saudi, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh. Faisal
lahir di Riyadh pada tahun 1906 dan merupakan anak
keempat Raja 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-Saud, Rajapertama dari kalangan
Bani Suud yang memproklamirkan berdirinya Negara Monarki Arab Saudi.
Ia memiliki darah keturunan Bani Tamim dari pihak ayah maupun ibunya, dan ia
pun juga adalah seorang keturunan Suku Quraisy.
Wafat pada tahun 1975.
Riwayat Hidup
Dalam didikan keluarga dan ulama-ulama disekitarnya, Pangeran Faisal pun
tumbuh sebagai anak yang baik dalam pendidikan kerohaniannya, bahkan ia sudah
mampu menghafal Al-Qur'an dalam usia yang masih sangat muda.
Dimasa remajanya, tepatnya diusia 16 tahun, Pangeran Faisal diangkat menjadi
panglima perang dan diberi kepercayaan memimpin sebuah ekspedisi untuk
memadamkan pemberontakan sebuah suku di wilayah Asir, Hijaz bagian selatan. Pengalaman militernya
kembali digembleng diusia 19 tahun, ketika diberi kepercayaan mengomandani
sebuah pasukan untuk merebut Jeddah dari suku Hashemit yang berhaluan
Syi'ah Zaidiyah yang seringkali membuat makar melawan Pemerintah di Hijaz. Pangeran Faisal
mencapai prestasi puncaknya dalam bidang militer pada tahun 1934, setelah
beliau berhasil merebut pelabuhan Hoderida dalam waktu yang relatif singkat
dari kekuasaan NegaraYaman Sekuler yang mana waktu itu Negara Yaman Sekuler dibantu oleh militer Kerajaan Inggris.
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya. Ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, banyak
sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai
kepala negara. Beberapa diantaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal
menggalakkan program penghapusan perbudakan, program ini ia lakukan dengan
membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa
satupun budak yang dimiliki seorang majikan di negara itu, bahkan ada budak
yang ia beli itu memiliki harga sangat mahal (dengan nilai mata uang dimasa
itu), yaitu 2.800 dolar. Kemudian ia bebaskan budak-budak yang dibelinya
tersebut dan dilanjutkan dengan pemberlakuan aturan tentang pelarangan adanya
perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya.
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan
serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana, dana dari hasil program
diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam
1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan
tandus disemenanjung Arab.
Pada tahun yang sama dengan pencanangan program penghapusan perbudakan,
Raja Faisal menyerukan Agresi melawan Israeldalam rangka
pembelaannya terhadap tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dan
menghentikan Israel dari program pemekaran wilayah
negaranya atas daerah-daerah disekitarnya. Seruan ini dijawab positif oleh Mesir dan Syria yang kemudian tiga negara ini
membentuk koalisi militer melawan Israel yang pada saat itu diback-up secara
besar-besaran dalam modal dan persenjataan oleh sekutunya, Amerika Serikat.
Pada awalnya pasukan koalisi Arab (kaum Muslimin) berada diatas angin dan
menguasai pertempuran dengan mudah, setelah pasukan koalisi Arab dari negara Mesir berhasil memukul mundur pasukan Israel dari Syam dan berencana masuk ke
wilayah negara Israel untuk memperkuat Al-Quds, tiba-tiba Amerika Serikat mengumumkan pernyataan ancaman terhadapMesir tentang akan terjadinya pembantaian
besar-besaran atas rakyat Mesir oleh Amerika jika Mesir nekat masuk ke wilayah Israel. Maka dalam rangka
menyelamatkan negara dan rakyatnya, Gamal Abdul
Nasir selaku pemimpin Mesir waktu itu pun terpaksa menarik mundur
pasukannya dan mengurungkan niatnya masuk ke wilayah Israel.
Raja Faisal yang mendengar intimidasi itupun marah dan menyerukan perang
secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung
Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan
takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut. Akibat dari embargo tersebut
atas Amerika Serikat adalah lumpuhnya sektor industri dan
transportasi, bahkan perekonomiannya menjadi kacau hingga mengalami krisis
berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun kedepan
(sejak dimulainya embargo).
Dalam seruan khutbah Jihadnya melawan Israel, Raja Faisal
berdo'a dihadapan khalayak agar Allah menetapkan kematiannya diterima Allah
sebagai orang yang terbunuh dijalanNya (Syuhada). Ia juga berdo'a agar Allah
bersegera mencabut nyawanya apabila ia tak mampu membebaskan tanah suci Al-Quds
(Yerusalem)
dari cengkeraman Israeldalam perang yang
akan terjadi saat itu.[1]
Pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal wafat pada tahun itu karena
dibunuh. Pembunuhnya adalah keponakannya sendiri, yaitu Faisal bin Mus'ad yang
baru saja pulang dariAmerika Serikat. Mus'ad menyamar sebagai delegasi Kuwait yang ingin bertemu Raja Faisal secara
mendadak. Pada saat Raja Faisal berjalan kearahnya untuk menyambut, maka Faisal
bin Mus'ad pun tiba-tiba mengeluarkan sepucuk pistol dan menembakkannya ketubuh
Raja Faisal sebanyak tiga kali. Dari luka tembak tersebut, Raja Faisal
kehabisan darah menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah itu. Dari
hasil penyidikan dan interogasi yang dilakukan, Faisal bin
Musaid mengaku bahwa
pembunuhan itu atas dasar inisiatifnya sendiri, selain teori konspirasi yang
berhembus di masyarakat, petugas pun mencurigai adanya kerusakan mental pada
Faisal bin Musaid. Akhirnya tak lama setalah itu, Ibnu Mus'ad (nama panggilan
Faisal bin Musaid) itupun dihukum qishos (bunuh) dihadapan khalayak.
صاحب الجلالة الملك خالد بن عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
Khalid bin 'Abd al 'Aziz Al Su'ud (1912 - 13 Juni 1982)
(bahasa Arab: خالد
بن عبد العزيز)
ialah Raja Arab Saudi selepas
peristiwa pembunuhan Raja Faisal yaitu
pada tahun 1975 sampai
ia meninggal dunia pada tahun 1982.
Khalid dilantik menjadi Putera Mahkota pada
tahun 1965 selepas
kakaknya (kakak kandung) yaitu Muhammad bin Abdul Aziz Al Su'udmenolak untuk menjadi raja. Ia
tidak begitu berminat dengan politik dan memberikan kekuasaan pemerintahan
kepada adik tirinya yaitu Putera Mahkota Fahd.
Untuk memperingati penyusunan kembali
Majelis Menteri-Menteri pada tahun 1975,
Raja Khalid mengangkat Putera Mahkota Fahdsebagai Wakil Perdana
Menteri. Pada tahun 1976, Raja Khalid terpaksa pergi ke Amerika Serikat untuk
mendapatkan perawatan disebabkan masalah jantung. Raja Khalid menanyakan kepada
Presiden Jimmy Carter, Presiden Amerika Serikat ketika itu untuk
menjual pesawat pejuang kepada Arab Saudi untuk memberantas kegiatan komunis di
sana. Pengantaran pertama enam belas buah pesawat pejuang F-15 di bawah
perjanjian dengan Presiden Carter tiba pada tahun 1982.
Sebagian pemerhati luar menggangap senjata tradisional dan lama tidak lagi
sesuai digunakan di Arab Saudi.
Pendapat ini ternyata tepat saat sekurang-kurangnya 500 teroris menawanMasjidil Haram di Mekkah pada 20 November 1979.
Pendapat ini ternyata tepat saat sekurang-kurangnya 500 teroris menawanMasjidil Haram di Mekkah pada 20 November 1979.
Ia membuat keputusan untuk membawa masuk
buruh asing ke dalam negara untuk membantu pembangunan negara. Raja Khalid
meninggal dunia akibat serangan jantung. Ia digantikan oleh Putera Mahkota Fahd.
خادم الحرمين الشريفين الملك فهد بن عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
Fahd bin Abdulaziz Al-Saud فهد بن عبد العزيز آل سعود فهد بن عبد العزيز آل سعود | |
---|---|
Raja Arab Saudi Penjaga Dua Masjid Suci Perdana Menteri Arab Saudi | |
Memerintah | 13 Juni 1982 – 1 Agustus 2005 |
Pendahulu | Raja Khalid |
Pengganti | Raja Abdullah |
Wali | Raja Abdullah (21 Februari 1996 – 1 Agustus 2005) |
Menjabat | 1954–1962 |
Pengganti | Abdulaziz bin Mohammad Al al-Shaikh |
Menjabat | 1962–1975 |
Pendahulu | Faisal bin Turki Al Saud |
Pengganti | Nayef bin Abdul-Aziz Al Saud |
Anak | |
Faisal bin Fahd Khaled bin Fahd Muhammad bin Fahd Saud bin Fahd Sultan bin Fahd Abdul-Aziz bin Fahd | |
Wangsa | Wangsa Saud |
Ayah | Ibn Saud |
Ibu | Hassa binti Ahmad Al Sudairi |
Lahir | 16 Maret 1921 Riyadh, Kerajaan Hejaz |
Meninggal | 1 Agustus 2005 (usia 84) Rumah Sakit Raja Faisal,Riyadh, Arab Saudi |
Dikubur | 1 Agustus 2005 Pemakaman Al Oud, Riyadh |
Agama | Islam |
Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud (bahasa Arab: فهد بن عبد العزيز آل سعود) (lahir di Riyadh, 16 Maret 1921 – meninggal
di Riyadh, 1 Agustus 2005 pada
umur 84 tahun) adalah Raja sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi.
Pada tahun 1953,
dalam usia 30 tahun, Fahd dilantik sebagai Menteri Pendidikan oleh ayahnya, Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al-Saud. Kemudian pada tahun 1962 dia
menjadi Menteri Dalam Negeri. Lima tahun kemudian, Fahd menjadi Wakil Perdana
Menteri Kedua.
Saat Raja Khalid meninggal dunia pada 13 Juni 1982,
Fahd menjadi penerus takhta. Dia membangun ekonomi Arab Saudi dan menjalin
hubungan yang erat dengan pemerintah Amerika Serikat.
Raja Fahd terkena stroke pada
tahun 1995 dan
kondisinya melemah. Tugas menjalankan kerajaan pun diberikan kepada Putra
mahkota Abdullah. Raja Fahd wafat pada 1 Agustus 2005.
خادم الحرمين الشريفين الملك عبد الله بن عبدالعزيز بن عبد الرحمن بن فيصل آل سعود
Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud عبد الله بن عبد العزيز آل سعود | |
---|---|
Penjaga Dua Kota Suci | |
Memerintah | 1 Agustus 2005 |
Baiat | 2 Agustus 2005 |
Pendahulu | Fahd bin Abdul Aziz |
Pewaris | Salman bin Abdul Aziz |
Masa jabatan | 26 Januari 1963 – 16 November 2010 |
Pendahulu | Saad bin Saud bin Abdul Aziz |
Pengganti | Mutaib bin Abdullah |
Nama lengkap | |
Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud | |
Wangsa | Al-Saud |
Ayah | Abdul Aziz bin Saud |
Ibu | Fahda binti Asi Al-Shuraim[1] |
Lahir | 1 Agustus 1924 Riyadh, Kerajaan Hejaz |
Agama | Islam Sunni |
Riwayat Hidup
Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud (Arab: عبد الله بن عبد العزيز آل سعود, lahir 1 Agustus 1924;
umur 89 tahun)[2] adalah Raja Arab Saudiyang keenam. Setelah sebelumnya
bergelar Pangeran Abdullah, ia mencapai puncak kekuasaan pada 1 Agustus 2005,
sesaat setelah wafatnya Raja Fahd. Ia telah
tampil sebagai penguasa de facto dan mewakili peran Raja Arab Saudi sejak
tahun 1995,
yaitu sejak Raja Fahd mengalami penurunan kesehatan akibat stroke.
Pada 3 Agustus 2005 ia terpilih menjadi raja setelah wafatnya
raja terdahulu, yang adalah saudara seayahnya.[3] Salah
seorang anaknya, Pangeran Mutaib
bin Abdullah, menggantikan jabatannya sebagai komandan Dewan Garda
Nasional Saudi.
Ia adalah salah satu dari 37 putra Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al-Saud (pendiri Arab Saudi modern) yang lahir
dari rahim Fahada binti Asi-al Syuraim yang adalah istri kedelapan Abdul Aziz
dari keluarga Rasyid. Ia menerima pendidikan di Sekolah Kerajaan Prince's
School dari
pejabat-pejabat dan tokoh-tokoh intelektual keagamaan dan dibesarkan di bawah
pengawasan ketat Raja Abdul Aziz yang
adalah ayahnya. Pangeran Abdullah dikenal sangat kuat memegang ajaran agama dan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap rakyat dan Tanah Air. Ia
langsung mendapat pendidikan dari para ulama senior Arab Saudi di bidang agama,
sejarah, politik, dan sosiologi.
Karier
Jabatan
yang pernah disandang
Abdullah juga pernah menjabat Perdana Menteri dan Komandan Dewan Garda
Nasional. Ia juga pimpinan Supreme
Economic Council, Wakil Presiden High
Council for Petroleum and Minerals, Presiden King Abdulaziz Centre for National
Dialogue, Wakil Pimpinan Council
of Civil Service, dan anggotaMilitary Service Council.
Komandan
satuan elit
Pada tahun 1962,
ia ditunjuk sebagai komandan satuan elit Pengawal Nasional karena pengalamannya
yang luas dalam urusan Badui dan kabilah di padang pasir semenanjung Jazirah Arab. Sejak menjabat komandan dan Pengawal
Nasional, sosoknya sudah tak bisa dipisahkan dari kesatuan elite tersebut. Pada
anggota Pengawal Nasional berasal khusus dari anak cucu Mujahidin yang pernah
berjuang bersama Raja Abdul Aziz dalam menyatukan Jazirah Arab dan kemudian mendirikan
negara Arab Saudi.
Pangeran Abdullah berhasil memimpin Pengawal Nasional bukan semata sebagai
lembaga militer tetapi juga wadah sosial dan budaya anggotanya. Semenjak ia dipercaya
sebagai komandan pengawal nasional telah dilakukan restrukturisasi dan
resionalisasi sesuai dengan manajemen militer modern. Sebagai bentuknya, ia
mendirikan akademi militer untuk mendidik dan menempa kandidat anggota dan
perwira pengawal nasional. Akademi militer tersebut dinamakan Institut Militer
Raja Khalid bin Abdul Aziz.
Institut ini diresmikan olehnya pada 18 Desember 1982.
Ia menangani sendiri mega-proyek pengembangan pengawal nasional. Karena,
lembaga itu merupakan titik balik sejarah lembaga satuan elite pengawal
nasional. Di antara mega-proyek itu seperti pembentukan divisi gabungan dalam
jajaran pengawal nasional yang terdiri dari satuan logistik, intelijen, dan
infanteri. Pangeran Abdullah juga mendirikan kompleks militer dan tempat
latihan khusus untuk satuan elite pengawal nasional.
Sebagai putra mahkota
Pada 29 Maret 1975,
ia ditunjuk sebagai Deputi Kedua Dewan Kabinet Arab Saudi. Selain ditunjuk oleh
Raja Fahd bin Abdul Aziz sebagai putra mahkota pada 13 Juni 1982.
Pada hari itu juga, Pangeran Abdullah dipromosikan sebagai Deputi Utama Dewan
Kabinet Arab Saudi. Sejak kesehatan Raja Fahd bin Abdul Aziz menurun, praktis
secara de facto mengendalikan kekuasaan dan kebijakan
dalam dan luar negeri. Ia diangkat sebagai bupate de facto regent pada tahun 1996.
Ia amat menaruh perhatian pada upaya pelestarian budaya dan khazanah yang
melibatkan para ulama dari dunia Arab dan Islam.
Program
privatisasi
Sejak 1997,
dia telah meluncurkan program privatisasi dengan menghapus daftar larangan
berusaha dan membiarkan perusahaan publik tumbuh secara bebas. Kebijakan luar
negerinya lebih pro-Arab daripada Barat. Pada 1980,
ia berhasil sebagai mediator perundingan dalam konflik Suriah-Yordania. Ia juga
menjadi arsitek Perjanjian Taif 1989 yang mengakhiri perang sipil di Lebanon pada periode 1975-1990.
Selain, meningkatkan kembali hubungan bilateral dengan Mesir, Suriah,
dan Iran.
Seminar
Arab Saudi-Palestina
Pada April 2001,
Pangeran Abdullah menyelenggarakan seminar tentang sejarah hubungan Arab Saudi
dan Palestina.
Seminar itu mendatangkan tokoh-tokoh Arab. Dalam seminar itu dibahas isu
dukungan Arab Saudi terhadap perjuangan rakyat Palestina sepanjang sejarahnya
dan dalam berbagai aspek. Dari seminar tersebut disimpulkan bahwa Arab Saudi
telah memberi dukungan besar perjuangan rakyat Palestina meskipun Arab Saudi
tidak termasuk negara Arab garis depan yang berbatasan langsung dengan Israel.
Mediator
Konflik
Arab-Israel
Dengan bobot kapasitasnya di dunia Arab dan Islam, Arab Saudi senantiasa
hadir secara kuat dalam kancah konflik Arab-Israel. Pemerintah Arab Saudi ikut
menjadi mediator konflik militer Palestina-Yordania pada September 1970.
Konflik ini dikenal dengan Black September. Konflik itu berakhir dengan
keluarnya Yasser Arafat (1929-2005)
dariYordania menuju Lebanon.
Konflik
internal Arab
Arab Saudi juga tampil sebagai mediator
dalam upaya menengahi perbedaan pendapat antara Suriah dan Palestina dengan
Mesir. Di pihak lain menyusul meletusnya perang saudara di Lebanon tahun 1975.
Upaya damai tersebut dimaksudkan untuk memelihara kesatuan potensi kekuatan
Arab dalam menghadapi Israel, sehingga menjadi kekuatan tawar-menawar dalam
perundingan damai dengan Israel. Upaya damai Arab Saudi yang terkenal adalah inisiatif
damai yang ditawarkan Raja Fahd bin Abdul Aziz pada forum KTT Arab tahun 1982 di Fez (Maroko).
Proposal damai dengan Israel
Saat itu, Raja Fahd menawarkan inisiatif damai berdasarkan Resolusi PBB
Nomor 242 dan Nomor 338. Untuk pertama kalinya, negara-negara Arab siap
mengakui Israel sebagai negara yang bisa hidup berdampingan secara damai dengan
negara-negara Arab. Pertengahan Februari2002,
Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz mengungkapkan kepada wartawan The New York Times bernama Thomas
Friedman tentang
proposal damai mengenai Israel.
Diangkat sebagai Raja
Ia semakin leluasa menjalankan pemerintahan setelah dinyatakan secara resmi
sebagai raja Arab Saudi sejak wafatnya Raja Fahd bin Abdul Aziz pada 1 Agustus 2005.
Sementera, Menteri Pertahanan Sultan bin Abdul Aziz dinyatakan sebagai putra mahkota. Di
bidang sosial-politik, Abdullah menyelenggarakan dialog nasional yang
melibatkan berbagai kalangan masyarakat dan menggelar pemilihan langsung
anggota kota praja (Dewan Konsultatif) secara nasional awal tahun 2005. Ia juga
membuka kesempatan kepada para pemodal asing untuk menanamkan investasi di
bidang eksplorasi dan produksi gas.
Waaw,,,,,!!!!!!' Keren yah, smoga indonesia juga bisa seperti arab saudi
BalasHapusYah sngat mmbamtu untuk pentahuan kita sehingga saya khusnya thu sejarah raja2 di Arab yg bertahta. Tpi mana nih . Kelanjutanya Admin. ? Tetimaksih ya Anda sdah detail mnceritakn sejah Arab
BalasHapus.🙏🙏
Titanium Earring posts - ITADIAN ARTIST
BalasHapusWho are these? · Titanium Earring · How is titanium iv chloride they supposed to hold gold titanium a titanium ore point nipple piercing jewelry titanium (with an angle) on the A type titanium belt buckle of tipster/